Matius 14:13-21

Dalam sebuah pesawat yang terbang dari Miami, ada 65 ahli jiwa yang menjadi penumpang. Mereka baru saja selesai menghadiri sebuah konvesi dan akan kembali ke tempat mereka masing-masing. Selama penerbangan, ada seorang wanita yang sakit dan terganggu mentalnya. Tetapi, tidak seorangpun dari dokter ini yang menawarkan pertolongan. Pesawat itu harus turun di Nashville untuk membawa wanita itu ke rumah sakit. Kisah ini diceritakan kembali oleh C. Ray Dobbins sewaktu ia menjadi editor Cumberland Presbyterian. Bukankah setidaknya salah satu dari 65 orang dokter ahli itu bisa menawarkan sedikit pertolongan? Namun, semua memilih untuk diam, berpangku tangan dan tidak peduli. Inilah realita kehidupan yang sesungguhnya. Kita kurang berani untuk peduli. Mengapa? Karena kepedulian itu mahal.

Peduli berarti kita perlu memberi diri, waktu, tenaga kita. Implikasi dari kepedulian seringkali bisa berlangsung lama dan menggeser bahkan mengganggu banyak agenda dan rencana pribadi. Karena itu, banyak orang tidak mau membayar mahal untuk tindakan peduli yang sederhana sekalipun. Apalagi, jika orang itu tahu bahwa masih ada orang lain yang bisa melakukannya, maka pilihan untuk diam dianggap sebagai keputusan yang tidak salah. Dalam kisah Injil pada Minggu ini, para murid tahu bahwa kerumunan besar yang mengikuti Sang Guru sudah mulai lapar. Sayangnya, mereka tidak punya kemampuan dan kecukupan untuk menyediakan makan bagi orang-orang yang ribuan jumlahnya.

Dalam kepedulian, mereka datang pada Yesus dan menyodorkan usul agar orang banyak dapat pergi membeli makanan bagi mereka masing-masing. Tentu, usul ini adalah pilihan yang paling masuk akal. Hanya saja, mereka sedang berada di wilayah yang cukup jauh dari desa-desa sekitar dan tidak ada kepastian untuk ketersediaan makanan bagi semua orang. Karena itu, Tuhan Yesus, meminta para murid untuk memberi kerumunan orang banyak itu makan. “…Kamu harus memberi mereka makan…”, kataNya.

Menariknya, para murid tidak menyembunyikan 5 roti dan 2 ikan yang sebenarnya juga tidak cukup untuk mereka makan sendiri. Tetapi, dari jawaban mereka, kita dapat melihat keputusasaan dan ketidakberdayaan mereka untuk menaati perintah Sang Guru. Para murid ini sudah berjalan cukup lama dengan Tuhan Yesus. Mereka sudah melihat kebaikan, ajaran bahkan mujizat-mujizat-Nya yang ajaib. Mereka sudah menyaksikan kuasa Yesus atas orang-orang sakit, atas roh-roh jahat, bahkan atas angin ribut. Mungkin karena ini persoalan makanan, yang dianggap kebutuhan sehari-hari, atau karena jumlahnya orang yang sangat banyak, sehingga mereka tidak terpikir untuk meminta pertolongan Kristus dalam masalah ini.

Injil Matius menunjukkan bahwa Tuhan Yesus tidak tinggal diam. Meski Ia tidak dimintai pertolongan, meski orang banyak bisa mencari makanan mereka sendiri dan meski Ia sendiri lelah dan ingin beristirahat, Tuhan Yesus menyediakan makanan itu bagi para murid dan semua orang banyak yang mengikuti Dia. Tuhan Yesus selalu mengerti, peduli dan tak pernah berhenti memberkati semua orang. Kita patut bersyukur, bahwa kita ada dalam tangan Tuhan yang penuh berkat dan tak pernah menahan berkatNya untuk kita.

6 Agustus 2023

Pdt. Erlinda Zebua

*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only

gkbikl
Author: gkbikl

Gereja Kristen Berbahasa Indonesia Kuala Lumpur

Leave a Reply