Matius 14:22-33

Seorang anak kecil sangat suka dan senang dipuji, karena itu ia akan menunjukkan kepintarannya, kehebatannya, kekuatannya dan memamerkannya di depan orang tuanya. Dia akan gengsi untuk dibantu mengenakan baju, memakai sepatu atau mengangkat sesuatu. Ia ingin terlihat kuat, keren dan hebat di mata orang tua, saudara, atau orang lain. Tetapi, ketika seseorang menjadi dewasa, biasanya ia tahu kapan harus berjuang sendiri dan kapan pula saatnya harus meminta bantuan dan mengandalkan orang lain. Orang dewasa tahu kapan ia bisa membanggakan kelebihannya, dan kapan ia memerlukan orang lain untuk menopang kelemahannya. Karena orang dewasa sadar bahwa seorang superhero sekalipun masih membutuhkan superhero lain.

Lihatlah Petrus! Bukankah ia sudah sangat hebat ketika ia percaya bahwa yang berjalan di atas air itu adalah Tuhan, bukan hantu seperti sangkaan murid-murid lain? bukankah juga hebat bahwa ia berani melangkah keluar dari perahu dan berjalan di atas air? Padahal di luar perahu ada gelombang air yang cukup besar untuk mengombang-ambingkan perahu, namun sebagai nelayan yang tahu resiko dan bahaya, ia tetap berani keluar dari perahu. Nah, ketika ia makin dekat kepada Tuhan, ia malah goyah karena takut pada angin yang bertiup. Lalu, lihatlah Indonesia! Betapa hebat dan luar biasanya para pendahulu kita dalam memperjuangkan kemerdekaan. Mereka tahu bahaya dan pengorbanan yang akan terjadi, tetapi dengan iman yang berkobar untuk mengasihi bangsanya, mereka habis-habisan memegang prinsip “merdeka atau mati”. Kini, ketika bangsa kita sudah masuk dalam kemerdekaan, menempuh jalur yang penuh gelombang dan badai, bukankah yang mematahkan langkah kita seringkali adalah “tiupan angin”?

Mata kita fokus pada masalah dan tantangan yang ada, kita lupa melihat ada banyak jejak Tuhan yang menjadi bukti pertolonganNya dalam badai dan gelombang besar yang pernah kita lalui. Dalam memperingati kemerdekaan bangsa kita, kita diajak untuk melihat dan bersyukur untuk semua jejak kasih dan kuasa Tuhan yang sudah memberikan kita pembebasan. Kita juga harus terus menerus mengandalkan Tuhan dalam menjalani dan mengisi kemerdekaan ini, bukannya menjadi sombong dan lupa diri.

Kekuatan terbesar kita bukan saat kita bisa, bukan saat kekuatan kita cukup, bukan saat bisa bisa bersandar pada kekuatan kita sendiri. Tetapi, iman kita, kekuatan sejati kita adalah, saat kita percaya pada Allah, mempercayakan dan mempertaruhkan semua pada Allah. Saat Petrus tenggelam dan mengulurkan tangannya kepada Kristus, di situlah iman kanak-kanaknya bertumbuh menjadi iman yang dewasa. Demikian juga, bangsa kita baru menjadi dewasa jika kita bisa mempertaruhkan perubahan dan kemajuan bangsa ini di tangan Sang Maha Kuasa, Allah, yang sudah menganugerahkan kemerdekaan bagi kita.

13 Agustus 2023

Pdt. Erlinda Zebua

*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only

gkbikl
Author: gkbikl

Gereja Kristen Berbahasa Indonesia Kuala Lumpur

Leave a Reply