Yohanes 20:1-8
Maria Magdalena bukan seorang perempuan biasa, sebaliknya ia adalah seorang perempuan yang biasa tidak dianggap oleh lingkungannya. Alkitab tidak mencatat relasinya dg siapa-siapa, dia bukan istri siapa-siapa, bukan anak siapa-siapa, bukan keluarga siapa-siapa. Secara singkat ia diperkenalkan sebagai perempuan dari Magdala, titik. Apalagi ia pernah kerasukan 7 setan, pengalaman yang membuatnya harus menyandang reputasi buruk seumur hidup. Hasrat untuk hidup mungkin baru muncul ketika ia merasakan kasih yang tulus dari sosok yg mengusir setan-setan yang merasukinya, Yesus. Sayangnya kematian tibatiba saja merenggut sosok yang sangat berarti baginya itu. Bisa dibayangkan betapa hancurnya hati perempuan ini. Jadi, kalau Yesus memilih Maria sebagai saksi pertama atas kebangkitan-Nya, itu bukan karena perempuan ini punya sejumlah kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, tetapi justru karena ia tidak punya apa apa.
Murid-murid tanpa Yesus – masih bisa kembali kepada profesi mereka yang lama – menjadi nelayan, namun Maria Magdalena tanpa Yesus – benar-benar NOL, NOTHING! Yang ada padanya hanya air mata, hati yg hancur, hidup yang kosong, dan sebuah masa depan yang gelap gulita dan tidak pasti. Tantangan dan persoalan-persoalan kehidupan yang harus dihadapi, ada kalanya membuat seseorang mengalami pergumulan seorang Maria Magdalena. Tidak berdaya karena merasa tidak punya apa-apa, atau justru punya apa-apa tapi tetap tdk bisa berbuat apa-apa.
Di luar nampaknya baik-baik saja sebagai suami yg bijak, istri yg saleh, anak yang patuh, orang tua yang bahagia, – namun di dalam, ada hati yang sedang meradang, marah, terluka, menangis, dan berduka. Saudaraku, jangan ingkari semua perasaan itu, jangan berpura-pura, sebaliknya akui semua dengan rendah hati dihadapan-Nya. Karena seperti Yesus berkenan pertama-pura menjumpai Maria setelah kebangkitan-Nya, Sang Juruselamat pun berkenan menyapa Saudara. Berita Paskah bagi kita adalah bahwa Yesus sudah bangkit! Dia hidup! Dia menang atas kuasa maut. Dan Yesus ingin “mensharekan” kemenangan-Nya kepada semua orang tebusan-Nya. Seperti Yesus memanggil Maria dengan namanya, Ia memanggil Saudara dan saya dengan nama kita masing-masing untuk menjadi saksi bagi kemenangan-Nya.
Yaitu melalui keberanian untuk tetap melangkah sekalipun masa depan masih penuh dengan misteri. Di tengah kegelapan setialah membawa terang. Di tengah ketidakjujuran, setialah membawa kebenaran. Di tengah kebencian, setialah membawa cinta. Di tengah keputusasaan setialah membawa harapan. Bersediakah Saudara?
9 April 2023
Pdt. Em. Gideon Gijanto Wihadhi
*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only