(Yohanes 21 :1-11)
Satu pertanyaan yang penting untuk direnungkan dari masa ke masa adalah: “Bagaimana kita bisa tetap berdiri dan bertahan, sementara ada begitu banyak yang terpuruk dan menyerah? Hal utama yang digarisbawahi dalam Matius 21:1-11 adalah – bahwa Yesus benar2 sepenuhnya pegang kendali atas bergulirnya peristiwa hari itu – dari awal sampai akhir. Satu hal, KELEDAI – menjadi ikon yg penting dalam peristiwa palmarum – tepatnya keledai muda yang belum pernah ditunggangi orang.
Di zaman para nabi, kurang lebih 575 SM, muncul nubuat tentang juruselamat rajani yang akan datang dengan menunggang seekor keledai (Zakaria 9:9-10). Dg memilih KELEDAI menjadi tunggangan-Nya, Yesus sedang menunjukkan kepada orang banyak hari itu – identitas-Nya sbg Raja Mesias yg kedatangan-Nya telah dinubuatkan. Menurut tradisi, keledai yg ditunggai Yesus hari itu adalah keledai jenis Sisilia – yaitu keledai yg memiliki gambar mirip salib di punggungnya. Di satu sisi, Yesus menunjukkan kpd orang banyak ketaatan total-Nya kepada rencana kasih Allah bagi manusia bedosa, yaitu melalui jalan penderitaan dan kematian-Nya di atas kayu salib. Di sisi lain, Yesus sedang menunjukkan konsep lemah lembut melalui Kemesiasan-Nya.
Firman Tuhan hari ini mengingatkan Saudara dan saya bahwa apapun persoalan yang sedang kita hadapi, jangan terfokus pada diri, pada rasa takut, atau pada ketidakberdayaan – ibarat keledai yang tertambat di sudut kampung. Sebaliknya, mari belajar untuk meneladani Yesus, raja kita yang lemah lembut. Lemah lembut adalah karakter yg dapat mengendalikan diri untuk tetap taat kepada Allah. Orang yg lemah lembut bukannya tidak pernah marah, tapi dia marah pada saat yg tepat dan kemarahannya bukan untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk membela kepentingan orang lain yang tertindas dan termarjinalkan. Orang yg lemah lembut adalah pribadi yg bersikap tanggap, sabar dan rendah hati, karena sadar bahwa hidupnya ada di bawah kedali dan perlindungan Tuhan.
Karena itu – orang yg lemah lembut niscaya setiap hari dapat berkata dengan hati penuh syukur: “By His Grace, I’m still standing.”