(Lukas 18:9-14)
Saudara-saudara yang dikasihi Kristus, Dalam sebuah ucapan syukur, seorang aktifis diminta berdoa makan. Saat berdoa, di akhir kalimat ia mengatakan: “…….terimakasih untuk berkat Tuhan yang telah tersedia, kami juga mengingat Saudarasaudara kami di luar sana, yang tidak seberuntung kami dan yang membutuhkan makanan. Kiranya Tuhan memberikan juga berkat makanan kepada mereka, Amin.” Sekilas, tak ada yang aneh dalam doa tersebut, tapi mari kita cermati isi doa di atas: aktifis tersebut mengucapkan terima kasih untuk berkat Tuhan yang telah tersedia.
Dilanjutkan dengan mengingat Saudarasaudara di luar sana yang tidak seberuntung kelompok persekutuan tersebut, dan membutuhkan makanan. Di dalam doa ini ada pertentangan, antara kelompok yang sedang mengucap syukur sebagai kelompok yang beruntung dengan kelompok di luar sana yang tidak beruntung. Lalu meminta Tuhan memberikan makanan kepada Saudara-saudara tersebut yang kurang beruntung tersebut. Doa makan adalah doa tematik tentang ucapan syukur atas berkat Tuhan.
Dan bila dilanjutkan dengan mengingat Saudara-saudara kita yang belum beruntung, maka bukan sekedar kata-kata doa yang teruntai dengah indah, namun perlu diwujudkan dengan aksi nyata. Sehingga makanan yang telah didoakan tersebut, agar sesuai dengan tujuan doanya, perlu diberikan kepada Saudara-saudara yang kurang beruntung tadi. Bukan memerintahkan Tuhan dengan bahasa halus seperti : Kiranya Tuhan memberikan….. Kritikan Tuhan dalam Injil Lukas 18:9-22, dengan menggunakan perumpamaan ketika orang Farisi (kelompok Farisi adalah para pemimpin agama, berprofesi sebagai Rabi atau Guru Agama dalam masyarakat dan memiliki posisi terpandang) dan seorang pemungut cukai (pekerjaan yang dianggap hina dina karena mengambil pajak rakyat dan dianggap penindas) sedang melakukan doa.
Isi doa orang Yahudi adalah kebanggan dan pembenaran atas kelahiran diri sebagai orang Farisi dibandingkan orang-orang Yahudi lain. Bandingkan dengan dia pemungut cukai, ia meminta pengampunan dari Tuhan. Ia merasa tidak layak berdiri di hadapan Tuhan – berdiri jauh-jauh. Ia juga tidak berani menatap langit sebagai tempat Tuhan bertahta (dalam pandangan agama Yahudi). Dalam doa orang Farisi, isinya jelas bukan doa yang tulus tapi doa penuh kesombongan. Sedangkan pemungut cukai baik sikap doa maupun isi doanya menunjukkan kerendahan diri di hadapan Tuhan. Dan Tuhan berkenan kepada mereka yang merendahkan diri. Saudaraku, ketika kita bersyukur, itu adalah ungkapan tulus betapa kita berterima kasih atas pertolongan Tuhan dalam bentuk pemeliharaan atas kehidupan.
Dalam berdoa, kita perlu tulus, tidak mempertentangkan kondisi beruntung atau tidak beruntung, dll. Kalau kita tahu ada yang tidak beruntung, maka beraksilah, bertindaklah, tidak hanya mengingat namun juga wujudkan pertolongan tersebut sebagai perpanjangan kasih Tuhan kepada keluarga kita. Karena Tuhan telah menolong kita dan keluarga, maka kita menolong Saudarasaudara kita yang membutuhkan pertolongan Tuhan, Amin. Tuhan memberkati
23 Oktober 2022
Pdt. Untari Setyowati
*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only