Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.
Lukas 9:58
“Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini, ingin itu, banyak sekali….” Saat membaca kalimat di
atas, kemungkinan besar, kita tidak sekedar membacanya sebagai kalimat biasa. Melainkan, sambil
menyanyikannya. Benar, begitu?
Kalimat di atas memang bagian dari sebuah nyanyian yang –rasanya–dikenal semua anak pada
masanya. Lagu apakah itu? – Benar sekali: Lagu Doraemon. Lagu ini memang, tampaknya, bercerita
tentang Nobita yang punya banyak mau. Tapi, sesungguhnya, Nobita bukan satu-satunya yang
seperti itu. Anak-anak yang lain tidak jauh berbeda. Sebab, masa kanak-kanak memang adalah
masa untuk mengenali diri, termasuk mengenali keinginan-keinginan yang bermunculan di sana-sini.
Beranjak dewasa, kita sadar betul betapa setiap keinginan mengandung konsekuensi. Ingin jalanjalan keliling dunia? – Berarti perlu kesehatan yang baik. Tabungan yang cukup. Pekerjaan yang
bagus. Dan seterusnya. Ingin menikmati masa tua dengan bahagia? – Berarti perlu bangun relasi
yang baik dari sekarang. Kesehatan juga jangan diabaikan. Tentu, pastinya, tabungan perlu diisi
secukupnya. Dan (lagi-lagi) seterusnya.
Bagaimana dengan keinginan mengikut Tuhan Yesus? – Berarti, mula-mula, perlu berkenalan
dengan-Nya. Berikutnya, perlu tahu bekal seperti apa saja yang perlu dibawa. Tidak ketinggalan,
perlu sadar bahwa pilihan ini bisa jadi memosisikan kita ditinggal teman dan dimusuhi kerabat.
Tahukah? Siapkah?
Inilah yang diingatkan Tuhan Yesus pada murid-murid-Nya (baca: Kita!). Karena Ia tahu betul betapa
murid-murid-Nya mudah “salfok” alias salah fokus. Menganggap mengikuti-Nya berarti terus
bernyanyi-nyanyi sepanjang jalan. Mengira mengikuti-Nya berarti tiap permintaan selalu mendapat
jawaban “ya”. Karena anggapan dan perkiraan seperti inilah, tidak sedikit murid-murid Tuhan yang
“berguguran” saat mereka tidak menemukan nyanyian yang pas untuk salah satu episode hidup, atau
saat permintaan mereka berujung jawaban “tidak” dari Tuhan. Sungguh sayang sekali!
Kiranya Tuhan memampukan kita untuk tetap “segar” hingga ujung perjalanan kelak. Soli Deo Gloria!
26 Juni 2022
Pdt. Timur Citra Sari
*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only