Lukas 4: 21-30

Setiap orang mempunyai keinginan untuk selalu bisa diterima oleh siapapun dan di manapun ia berada. Ketika seseorang sadar bahwa dirinya diterima ia akan sangat senang sekali. Senang karena penerimaan itu bukan hanya sekedar mau memberitahukan kepada dirinya bahwa dia ada, tetapi juga mau memberitahukan bahwa keberadaan dirinya itu diakui di tempat itu dan oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, dalam kenyataannya, tidak semua orang bisa menerima kehadiran kita, khususnya sebagai gereja bahkan ketika kita sudah berbuat baik dan benar sekalipun, kita tetap ditolak.

Kenyataan seperti itu bisa membuat seseorang merasa kecewa, merasa tidak nyaman dan malu bahkan sakit hati. Dan keadaan bisa menjadi lebih buruk lagi ketika kita tidak bisa menerima penolakan tersebut, tetapi menyalahkan diri sendiri dan berhenti. Atau memilih untuk terus berusaha dan memperjuangkannya untuk dapat diterima, tetapi disertai dengan perasaan kesal, jengkel dan marah bahkan keinginan untuk membalas dendam. Ada yang harus kita sikapi dari sikap penolakan terhadap kita, baik sebagai gereja maupun orang Kristen.

1. Bagaimana pun cara dan bentuk penolakan itu dilakukan terhadap kita, sesungguhnya kita tetap memiliki kendali atas respon diri kita sendiri ketika penolakan itu terjadi. Jadi, tetaplah tenang dan kuasailah diri untuk mengendalikan diri. Sehingga ketika kita tidak dapat mengendalikan situasi dan kondisi di sekitar kita, kita masih bisa mengendalikan diri untuk menghadirkan dan menciptakan keseimbangan yang kondusif, tidak anarkis dan tidak destruktif.

2. Penerimaan dan saling menerima satu sama lain bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk memungkinkannya maka salah satu pihak harus berusaha memulai dialog dengan pihak lain atau kedua pihak berusaha membangun dialog dua arah. Artinya, tidak hanya satu pihak menerima dan pihak lain menolak, melainkan kedua pihak saling menerima. Sebagaimana dinasihatkan oleh rasul Paulus dalam Roma 12:17, “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, lakukanlah apa yang baik bagi semua orang !” Ketika gereja dan orang Kristen diperhadapkan dengan berbagai cara dan bentuk penolakan, gereja dan orang Kristen harus tetap menjadi komunitas kasih. Komunitas yang menerima dan saling menerima satu sama lain. Komunitas yang membangun kehidupan bersama yang lebih baik dan mengembangkan diri untuk memberi manfaat baik dan benar kepada sesama sekitarnya. Sehingga karya kasih Allah di dalam Yesus Kristus yang mengubahkan dan membarui terjadi, dialami dan dirasakan oleh setiap orang. Percayalah bahwa ketika sebuah pintu tertutup untuk kita maka Allah akan membuka pintu untuk kita di tempat lainnya. Kiranya TUHAN menolong kita. Amin.

30 Januari 2022

Pdt. Jedi Otniel Liline

*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only

gkbikl
Author: gkbikl

Gereja Kristen Berbahasa Indonesia Kuala Lumpur

Leave a Reply