(Markus 6 : 30 – 34, 53 – 56)
Kita pasti sudah mengenal Pyramide of needs dari seorang psikolog yang namanya Abraham Maslow.Teori ini beken sekali dipergunakan untuk misalnya pembangkit konsumsi orang banyak oleh para produsen consumer goods (Bagaimana bisa membangunkan rasa butuh untuk kemudian membeli produk mereka) — lalu ini juga dipakai oleh gereja-gereja supaya laku. Sadar atau tidak sadar kita berkutat di sana juga kan. Kita harus perhatikan apa yang dibutuhkan jemaat. Jika tidak kita tidak laku. Sebagian umat ternyata masih di tahapan paling bawah tetapi sebagian kecil pada tahap paling atas. Berkat material lebih banyak masih paling laku tetapi sebagian kecil minta pengakuan melalui aktualisasi diri mereka. Keduanya egosentris. Kisah Injil kali ini. Yesus mengajak para murid-Nya ke tempat sunyi, menyeberang danau, supaya sendirian, dan beristirahat. Orang banyak tidak memberi kesempatan mereka rehat dan terus merangsek mereka. Antusiasme mereka begitu menggebu-gebu dan menggunakan semua jalan supaya berjumpa dan mendapat pelayanan dari Yesus dan murid-murid-Nya.
Komentar penginjil tentang sikap Yesus terhadap mereka: “tergeraklah hati-Nya oleh belas-kasihan karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.” Ia mengesampingkan kebutuhannya untuk menyendiri, hanya berada dengan para murid,dan beristirahat. Ia mengajar dan memberi mereka makan. Orientasi tindakannya adalah ‘orang banyak’ dan bukan diri-Nya sendiri. Yesus sudah melewati semua tahapan pada Piramida Kebutuhan ala Maslow. Yesus menyematkan pada dirinya jati diri seorang Gembala yang sempurna bagi umat-NyaYesus mengajar murid-murid-Nya untuk melayani dengan orientasi kepada diri-Nya sambil menyadari bahwa para murid tidak mahakuasa apalagi mahasempurna seperti Dia tetapi dengan keterbatasan, kekurangan, dan kelemahan manusiawi. Yesus sangat mengerti dan mengenal mereka karena itu mereka HARUS SALING MENGGEMBALAKAN sambil terus menghadirkan KEGEMBALAAN TUHAN BAGI UMAT.
Ingat dialog Petrus dengan Yesus sebagaimana direkam dalam Yohanes 21:15-19. Dalam bahasa Yunani Yesus dua kali meminta rekonfirmasi Petrus apakah dia mengasihi Gurunya ini dengan kasih agape – kasih yang bersedia memberikan nyawa (Yoh 15:13) tetapi Petrus dalam tiga kali jawaban konsisten dengan jawaban philia – kasih persahabatan yang ditandai dengan sikap take and give – yang tentu saja lebih rendah ketimbang harapan Yesus. Tetapi jawaban konsisten ini menyatakan sikap tahu diri, rendah hati, tidak takabur (lagi), dan membutuhkan Tuhan. Ketika Petrus konsisten dengan philia, justru Yesus menyerahkan kepadanya pekerjaan besar yakni ‘menggembalakan domba-domba Tuhan’ Saya tidak minta ijin dulu kepada Ibu Maria, Ibu Pingkan, dan Ibu Sonya karena foto dari zoom PA kita Kamis dalam rangka visit kepada Ibu Maria lalu saya tampilkan menjadi ilustrasi dari kotbah hari ini. Zoom PA kemarin bagi saya menjadi semacam Support Group yang buat saya pada pertemuan virtual satu jam lebih dikit itu kami berempat saling menjadi gembala. Bukan hanya bercerita tentang sakit penyakit, tetapi berbagi pengalaman berjumpa dengan Tuhan dalam keadaan yang tidak ideal, bahkan tergerak untuk keluar melayani orang lain yang punya masalah yang sama.
Ibu Maria, Ibu Pingkan dan Ibu Sonya seperti seorang anak (dalam injil) dan di bacaan kita tidak disebutkan sama sekali yang memberikan lima roti dan dua ekor ikan yang di tangan Yesus memberi makan kenyang 5000 orang lebih. Ketika orang tidak berhenti pada kebutuhan sendiri yang tidak habis-habisnya tetapi melihat Tuhan yang mau melayani sesama kita.
18 Juli 2021
Pdt. Em. Samuel Santoso
*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only