Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yohanes 3:3)

Kristus bersabda: “Kamu harus dilahirkan kembali! Di dalam Injil, ucapan itu ditujukan kepada Nikodemus sebagai kaum Farisi yang sedang mencari makna kebenaran. Apa artinya? Kamu tidak boleh lagi hidup dengan cara beragama yang salah arah. Yakni religiositas dan spiritualitas yang justru menjauhkan kehidupan dari kasih Allah.Agama Yahudi di bawah kepemimpinan kaum Farisi menjadi agama yang legalis, kaku dan melelahkan.Untuk memahami hukum Sabat saja orang pasti sudah lelah.

Talmud Yahudi merinci hukum Sabat dalam 24 Bab, njlimet, rumit melelahkan, karena lebih menekankan doktrin dari pada penerapan kasih dan perubahan hidup dalam kasih. Contohnya begini: Pada hari Sabat, jika ada korban yang tertimpa rumah roboh, maka sebelum menolong harus dilihat: Apakah korbannya mati atau tidak. Kalau mati diangkat besok. Kalau hidup dibebat saja, pengobatan tuntasnya besok. Mengapa begitu? Karena pada hari sabat tidak boleh mengangkat beban yang beratnya melebihi besar buah ara. Bagaimana dengan menggendong balita? Tentu boleh. Lalu bagaimana kalau balitanya memegang mainan yang beratnya melebihi buah ara? Nah ruwet kan!Itu sebabnya kita bisa mengerti, ketika menyoal hukum Sabat, Kristus pernah mengungkapkan pertanyaan retoris: “Hari sabat untuk manusia, atau manusia untuk hari Sabat?” Kamu harus dilahirkan kembali! Perintah ini juga ditujukan kepada kita? Apa maknanya bagi kita sekarang? Semua orang Kristen di panggil untuk hidup secara berbeda dengan sebelum berjumpa dan mengenal Kristus secara pribadi. Dilahirkan kembali itu bukan sekadar bahwa kita sudah dibaptis. Bukan sekadar beragama Kristen. Bukan sekadar rajin ke gereja. Bukan sekadar mengaku “aku di dalam Tuhan”, melainkan juga bertanya harus ”apakah Tuhan di dalam aku”. Apakah kehadiran Tuhan menggetarkan hatiku.

Apakah Firman Tuhan menafasi pikiranku. Apakah keputusan dan kehendak Tuhan terserap di dalam hidupmu.Apakah ucapan Tuhan menggarami ucapanku? Apakah kasih Tuhan mengalir melaluiku? Itulah makna lahir baru.Lahir baru itu laksana orang melaksanakan transplantasi organ tubuh. Apa penentu keberhasilannya? Harus diakui ada organ yang rusak dan kalau dibiarkan saja maka akan merusak seluruh tubuh dan mematikan.Maka yang rusak harus di buang, dan diganti organ yang sehat. Apakah jika proses operasi mengganti yang rusak dengan yang sehat sudah dilakukan maka pasti berhasil? Belum tentu! Penentunya adalah proses “adjustment”. Tubuh dan organ sehat yang baru itu harus terus-menerus menyesuaikan diri sehingga menyatu.Sebaik dan sesehat apapun organ yang dimasukkan dalam tubuh, namun jika tubuh itu tidak segera melakukan penyesuaian diri, maka organ yang sehat dan baik itu juga akan rusak. Gagal. Begitu juga dengan kekristenan kita. Sejak Kristus masuk dalam hidup kita dan kita menerima dia sebagai Tuhan dan Jurus’lamat kita, maka pada saat itu seluruh hidup kita harus melakukan penyelarasan dengan Kristus. Hidup dalam kasih Allah. Sudahkah? Amin.

30 Mei 2021

Pdt. Didik Tridjatmiko

*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only

gkbikl
Author: gkbikl

Gereja Kristen Berbahasa Indonesia Kuala Lumpur

Leave a Reply