(Yohanes 15: 1-8)

Injil Yohanes membuka kesaksian dengan pernyataan “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita” (ay. 14). Maka ayat bacaan minggu ini: “tinggallah di dalam Aku” (ay.4) dapat dipahami dengan pengertian “tinggal di dalam Firman”. Firman itu sekarang tidak sekedar diajarkan atau dibayangkan, melainkan telah menjadi keteladanan nyata, yang dekat, dan dapat dilihat. Yesus menjadi pernyataan visual dari Firman itu dan menjadi bagian dari kehidupan manusia. Roh Kudus memampukan serta menguatkan manusia. Semua ini tentu saja meniadakan setiap alasan yang mengatakan betapa sulitnya mengikut TUHAN.

Penggambaran dalam perikop bacaan kita mengarahkan pembaca berpikir tentang relasi carang(murid) dan Pokok Anggur (Yesus). Relasi ini bersifat mutlak, tidak memberikan ruang bagi penyangkalan meski memakai alasan ketidakmampuan / kelemahan sekalipun.

Carang tentu berbuah banyak bila tidak sekedar menempel pada pokoknya, melainkan tinggal (=hidup) menyatu untuk melanjutkan karya-karya Sang Pokok Anggur menjadi berkat bagi kehidupan luas. Roh Kudus menumbuhkan dan menjamin kehidupan, ada pengusaha kebun yang memelihara, ada pokok anggur yang mencukupi ketersediaan nutrisi keteladanan, dan membantu berproses. Adakah alasan untuk tidak berbuah?

Pengusaha kebun (ay.1) tidak memberi ruang pada negosiasi tentang kegagalan berbuah.Sekilas, keputusan si pengusaha kebun anggur itu nampak seperti tidak berbelas kasihan, tetapijika kita menyadari bahwa semua telah diberikan dan disertakan maka sebenarnya tidak ada alasan tidak berbuah. Iman adalah keniscayaan hubungan aktif / hidup dari carang-carang dengan Pokok Anggur.

Bila tidak berbuah justru itulah hal yang aneh, yang juga tidak diinginkan oleh pengusahanya. Kata “tinggal” (berarti “berada bersama dalam relasi yang hidup”).Iman kepada Kristus bukan hanya berhenti pada kekaguman, kesadaran hutang budi, dan syukur, melainkan mestinya berlanjut pada karya yang menghasilkan buah nyata. Iman yang hidup pada Pokok Anggur selalu berdampak baik. Menjalani hidup dengan menampakkan sukacita dan semangat hidup itupun buah dari syukur atas Kasih Karunia dan penyertaan-Nya, itupun berguna bagi sesama, apalagi bila dilanjutkan dengan transformasi bersama menuju lebih baik.Tidak ada satu saja titik lemah kita yang bisa dijadikan alasan untuk tidak membuahkan karyanyata kesaksian hidup karena bukankah kita tahu Kasih Setia-Nya selalu menghidupkan dan menghidupi kita.

Sekiranya, saat ini ada kesesakan, ketakutan, khawatir dan derita sedang menjejakkan kakinya pada kita, tetaplah jalani itu semua bersama Sang Pokok Anggur. Percayalah pada semua kebaikan TUHAN. Pada batas terendah harapan sekalipun, bukan berarti kita harus hilang dan terkalahkan, sebab Roh TUHAN tetap memberikan daya-Nya. Kenali dan rasakan hadir-Nya, katakan dengan lirih pada-Nya “aku ingin berpegang pada-Mu, TUHAN, sebagaimana Kristus menghidupi-Nya”. Walaupun dengan suara yang tak terdengar, teruslah menyampaikan: “Tuhan, aku menghidupi hidup bersama-Mu”. Dan, rasakan daya-Nya menguatkan serta menuntun kita melanjutkan perjalanan, agar carang (kita), dapat hidup lagi dan selalu berbuah banyak lagi. Percayalah.

2 Mei 2021

Pdt. Djoko Prasetyo Ginting

*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only

gkbikl
Author: gkbikl

Gereja Kristen Berbahasa Indonesia Kuala Lumpur

Leave a Reply