(Yohanes 10: 11-18)
Kesaksian Injil disampaikan kepada jemaat pembacanya bukan saja memberitakan bahwakeselamatan telah diberikan TUHAN pada dunia, melainkan secara fokus mengajak jemaatmenjadi saksi dengan cara melakukan transformasi (pembaharuan) kehidupan sosial lebih baik.Demikian pula perikop ini memberi gambaran Yesus sebagai Gembala yang Baik yang berbeda dari gembala (=pemimpin) dimasa itu. Motif, tujuan dan cara berelasi antara Yesus dan murid murid-Nya menurut Injil Yohanes sangatlah berbeda dengan cara kepemimpinan yang ada pada jaman itu (dekade akhir abad pertama Masehi).
Sang Gembala, Yesus, berpihak pada domba domba yang digembalakan. Relasi semacam ini bukan didasarkan pada pencarian keuntungan bagi si Gembala, melainkan bagi keuntungan, keselamatan, serta kebahagiaan domba-domba Nya.Motif kepemimpinan Yesus bukan untuk memenuhi kebutuhan maupun kepentingan sendiri,sehingga domba-domba tidak dieksploitasi, tidak dijadikan komoditas, atau tidak juga dijadikan obyek (diperalat) bagi proses aktualisasi pribadi-Nya.
Penggambaran selanjutnya adalah adanya kesadaran kedudukan yang setara, menghargai domba sebagai subject, dan sangat pedulimemenuhi kebutuhan (mendengar) semua domba. Hal ini secara naratif tentu saja merupakan kritik keras bagi jaman dimana Injil Yohanes dibaca pada waktu itu, dimana banyak kepemimpinan diktator yang menyalahartikan kewenangan sebagai kekuasaan atau hak berkuasa, bahkanmemandangnya sebagai kesempatan mengatur segala sesuatu demi keuntungan yang bisadidapat, sekaligus ajang aktualisasi diri para pemimpin semata.
Yang memimpin menguasai yang dipimpin demi mencapai tujuan yang diinginkannya/ dianggapnya benar. Sehingga relasi antara yang memimpin dan dipimpin menjadi relasi yang berundak dan hirarkis, menjadi relasi atas – bawah (atau subordinatif) dan otoriter, anti-kritik.Injil Yohanes memberikan sosok figur alternatif seorang pemimpin dan menampilkan model kepemimpinan yang dilakukan Yesus dengan setidaknya memiliki 5 keutamaan sebagai berikut:
(1) menggembalakan, yaitu berjalan bersama dengan domba-domba yang dikasihi-Nya demimencapai tujuan dengan cara yang lembut dan tidak konfrontatif;
(2) mengenali setiap kebutuhan dan karakter domba-domba-Nya,
(3) berpihak (berempati) di mana setiap hal didengarkan-Nya,
(4) melindungi dombanya dari berbagai ancaman,
(5) bersedia berkorban demi keselamatan domba-domba-Nya.
Selain hal di atas, yang terpenting lainnya yang disampaikan oleh penulis Injil Yohanes bahwa Yesus sajalah Sang Gembala satu-satunya yang mutlak harus diikuti. Murid-Murid Yesus,termasuk kita yang hidup saat ini (apapun jabatan dan posisi kita), tidak lain adalah pengikut Sang Gembala, yang melakukan perjalanan bersama sebagai sesama domba dalam satu kawanan.Kita bukanlah gembala, kita adalah pengikut Sang Gembala, maka kita dipanggil untuk meneladan dan menyesuaikan diri dengan cara Sang Gembala menggembalakan kita dan siapa pun di luar kawanan kita yang juga dikasihi oleh Sang Gembala.
Injil Yohanes memberikan pesan yang kuat bagi para murid pengikut-Nya bahwa tidak ada alasan untuk menguasai dan berkuasa, di mana pun, dalam posisi dan kondisi apa pun. (dpaw)
25 April 2021
Pdt. Djoko Prasetyo Ginting
*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only