(Yohanes 15 : 9 – 17)
Seorang Bapak paruh baya mengatakan hal ini pada saya kira-kira 23 tahun yang lalu diruang konsistori gereja, “Pak Pendeta, alasan saya meminta baptis karena sangat terkesan / kagum pada ajaran Yesus tentang Kasih. Itulah yang membawa saya ke sini (ke gereja)”. Beliau melanjutkan ceritanya, sudah banyak yang dialami dan terus mencari, tetapi akhirnya menemukan ketenangan ketika mendengarkan ajaran Yesus tentang kasih. “Sungguh hal yang paling luar biasa dan tidak ada yang lain seperti ini,” katanya.
Tenang dan bahagia ketika kita disadarkan tidak lagi mencari Sorga, sebab TUHAN yang empunya Sorga datang berpihak pada kita. Bukan manusia mencari TUHAN, melainkan TUHANmengasihi manusia. Kasih yang dinyatakan Yesus ini adalah mujizat dan keteladanan terbesar melebihi apapun. Kasih yang dinyatakan Yesus adalah Kasih Bapa sendiri. Melalui Yesus maka para muriddapat merasakan Kasih Setia Bapa yang sangat mengasihinya. Kesatuan para murid dengan Yesus bukan sekedar kesatuan guru dan murid melainkan kesatuan spiritual, yang menunjukkan bahwa Roh TUHAN hadir dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, tidak perlu mengkhawatirkan apa pun, sebab bukankah hidup kita telah merasakan Kasih Setia Bapa sedemikian nyata. Hanya satu hal yang diminta (diperintahkan) Yesus yaitu agar para murid tinggal (=hidup) di dalam Kasih-Nya. Istilah “hidup di dalam” Kasih-Nya berarti bahwa semua aktivitas, tindakan, pemikiran semestinya berinteraksi dengan kasih yang dinyatakan Yesus, yang adalah Kasih Bapa sendiri.
Injil Yohanes mengingatkan kita untuk tetap meyakini bahwa relasi TUHAN dan para murid adalah relasi berdasarkan Kasih Setia Bapa dalam segala hal. Oleh karenanya, para murid (kita juga) hendaklah fokus menghidupi hidup dalam Kasih Kristus, yang adalah Kasih Setia Bapa. Para murid semestinya mengerjakan kasih (unconditional love), yaitu mengasihi bukan untuk mendapatkan balasan yang baik atau setimpal, melainkan memberi perhatian pada yang lemah, bahkan remeh dan tidak menguntungkan kita, untuk dapat ditransformasikan menjadi lebih baik dengan cara yang sesuai tindakan dan ajaran Yesus.
Bila Ia memerintahkan (=memberipesan, meminta) agar para murid hidup dalam kasih terutama dimulai dari komunitas terdekat atau dengan sesama murid (saling), maka hal ini mengajak agar jangan kita jauh melayani di luar-luar, tetapi saling mengecewakan di dalam atau mengabaikan yang dekat.Meski ini perintah ideal, tetapi mengerjakannya tidaklah sulit, sebab sebagaimana dituliskan Injil Yohanes, jelaslah bahwa Bapa sendiri yang memberikan kasih-Nya, menyertai, dan memampukan para murid melakukannya. Bahkan Yesus memberikan bukan saja ajaran melainkan contoh konkrit tentang bagaimana Kasih dilakukan. Kita telah direngkuh dan dimampukan untuk mengasihi sebagaimanaYesus mengasihi orang lain. Kita berbahagia dan bangga mengikut-Nya, sebab ajaran kasih-Nya luar biasa. Sekarang terus-meneruslah melakukan kasih agar iman tidak kedapatan sia-sia.
9 Mei 2021
Pdt. Djoko Prasetyo Ginting
*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only