
Matius 22:34-46
Pada kenyataannya, ada berbagai sikap yang ditunjukkan oleh orang Kristen ketika membaca Alkitab, yakni:
• Alkitab dibaca kalau ada maunya • Alkitab dibaca untuk kepentingan / kepuasan diri sendiri;
• Alkitab dibaca sekadar untuk memuaskan rasa ingin tahu;
• Alkitab dibaca untuk membenarkan diri sendiri dan menyerang orang lain. Inilah yang ditunjukkan oleh seorang ahli Taurat yang disaksikan orang-orang Farisi ketika mencobai Yesus;.
• Ada yang membaca Alkitab demi kebanggaan rohani.
Dari kelima sikap di atas, adakah yang menjadi motif keluarga Anda dalam membaca Alkitab?
Tema kebaktian kita bicara tentang “Keluarga yang Memahami Firman”. Ada kata “memahami” di sana. Bagaimana kita memaknai hal ini lebih jauh? Mari kita cermati teks Alkitab dari Injil Matius di atas.
Ada 3 hal yang bisa kita pelajari, yakni:
a. Keluarga yang memahami Firman berangkat dari kesadaran bahwa keseluruhan firman Tuhan berangkat dari apa yang disebut dengan hukum yang terutama atau prinsip dasar, yakni: kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama (ay. 37-40). Misalnya: hukum tentang Sabat diturunkan dari prinsip dasar kasih kepada Allah (yakni agar kita dapat memiliki hari khusus untuk berbakti kepada-Nya) dan sesama (sebagaimana kita ingin beristirahat seusai bekerja, maka kita pun memberi kesempatan pihak lain untuk beristirahat). Nah, dalam memahami firman Tuhan, misalnya saja apa yang dikatakan dalam Ef. 5:22 tentang istri yang perlu tunduk kepada suami, perlu dicermati bahwa ayat itu tidak bicara tentang keharusan istri untuk mengikuti apa saja kata suami (baca: eksploitasi kehendak suami terhadap istri). Kata “tunduk” di sana bermakna hormat kepada suami; sama seperti kita hormat kepada Tuhan.
b. Keluarga yang memahami Firman mengandaikan ada upaya yang sungguh dari keluarga Kristen untuk belajar akan firman Tuhan (d.h.i.: memahami firman), bukan sekadar tahu.
Teks Injil menjelaskan tentang mesias sebagai anak Daud. Yesus menjelaskan lebih jauh berdasarkan kutipan Mazmur 110:1, bagaimana Daud memanggil sang mesias itu dengan sebutan “tuanku”. Itu berarti sang mesias itu bukan semata-mata keturunan secara daging dari Daud; tetapi mesias itu mengandung makna rohani, sehingga Daud menyebutnya: tuanku. Di sini keluarga Kristen diajak untuk sungguh-sungguh mau mempelajari Alkitab, bukan sekadar tradisi atau doktrin belaka.
c. Berangkat dari motivasi yang keliru orang-orang Farisi dan ahli Taurat dalam memahami firman Tuhan, maka saat ini kita belajar bahwa perlu ada motivasi yang jelas dan benar dalam upaya kita mempelajari, mendalami, memahami dan melakukan firman Allah.
Motivasi yang benar adalah karena, misalnya: karena bersyukur atas keselamatan yang Tuhan jaminkan atas kehidupan kita; karena membaca Alkitab berguna untuk mengembangkan karakter dalam hidup kita; atau karena kita memiliki keleluasaan dalam memiliki dan membaca Alkitab.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk menjadi keluarga-keluarga yang setia dalam memahami Firman-Nya. Soli Deo Gloria. (Pdt. Natanael Setiadi.)
Pdt. Natanael Setiadi
*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only