Matius 23:1-12

Suatu ketika Lawing menginap dan berada di sebuah kampung temannya. Di sana ia mendengar sejumlah orang memukul kentongan, tiang listrik dan berbagai alat di rumah sehingga kampung itu terdengar menjadi ramai. Hal itulah yang membuat Lawing keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi. Lawing melihat kampung sebelah sedang mengalami kebakaran. Apinya berkobar ke sana ke sini. Namun tidak lama setelah itu, api itu mulai mengecil dan akhirnya padam.

Lawing memahami bahwa cara memadamkan api, adalah membunyikan berbagai bunyi-bunyian. Karena itu, pada saat di kampungnya mengalami kebakaran, Lawing mengajak tetangganya, lalu orang yang dijumpainya untuk membunyikan berbagai alat. Meski mereka merasa heran, mereka ikut membunyikan berbagai bunyi-bunyian. Namun api tidak kunjung padam, api justru semakin besar.

Lawing rupanya tidak memahami peristiwa yang terjadi di kampung temanya. Lawing tidak memahami bahwa bunyi-bunyian yang didengar adalah sebuah peringatan dan panggilan agar orang menyadari ada kebakaran. Kebakaran itu harus segera diatasi. Karena itulah ada peristiwa yang tidak dilihat oleh Lawing sendiri, yaitu sejumlah orang yang memadamkan api. Jadi api kebakaran itu padam karena ada orang-orang yang memadamkannya, bukan karena bunyi-bunyian.

Para ahli Taurat menurut kesaksian penginjil Matius seolah bertindak seperti Lawing yang hanya melihat dan tidak bisa memadamkan api. Mereka hanya menghafal, namun tidak memahami makna dan hakekat Taurat. Mereka hanya mengajarkan, namun tidak melakukan di dalam ketulusan hati. Karena itulah mereka seringkali hanya menuntut dan menggugat, orang lain, terlebih lagi Tuhan Yesus yang dipandang melanggar Taurat.

Taurat diberikan Tuhan bukan untuk prestise di hadapan sesama. Taurat hadir dalam kehidupan umat bukan untuk menghakimi sesama. Para ahli Taurat memberlakukan Taurat demi prestise dan merendahkan sesama yang dipandang melanggar Taurat. Taurat hadir untuk diberlakukan dengan hati yang tulus dan penuh cinta kepada Tuhan. Karena itu berhasil berjalan di jalan Tuhan hanya dapat dilakukan, jika Firman Tuhan itu diberlakukan dari hati yang tulus dan penuh cinta. Jika Firman Tuhan diberlakukan dari hati yang tulus dan penuh cinta, maka membuat seorang percaya berkenan di hadapan Tuhan, semakin dewasa dan menjadi berkat

Pdt. Benny Halim

*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only

gkbikl
Author: gkbikl

Gereja Kristen Berbahasa Indonesia Kuala Lumpur

Leave a Reply