“Siapa menabur angin, dia akan menuai badai” demikianlah bunyi sebuah ujaran yang hendak mengingatkan kita akan segala sesuatu yang telah atau akan kita “tabur”. Hal yang kita tabur bisa jadi adalah perkataan, sikap, pemikiran, kebiasaan, dll. Semua itu tanpa kita sadari menjadi taburan-taburan yang pada satu hari nanti akan kita tuai. Sekalipun tidak selalu apa yang kita tuai sebaik yang kita tabur, namun panggilan untuk menabur hal yang positif, membangun tetap menjadi panggilan kita.

Perumpamaan Tuhan Yesus dapat menjadi contohnya. Walau si penabur telah menabur yang terbaik, namun belum tentu taburannya itu jatuh di tempat yang memadai bagi benih untuk tumbuh. Namun dalam kisah ini, si penabur tetap menabur, dengan sebuah pengharapan bahwa benihnya jatuh di tanah yang mampu menumbuhkan benih tersebut.

Panggilan serupa juga ditujukan kepada kita, walaupun di tengah dunia yang bak “rumput duri” atau “berbatu”, setiap orang percaya punya fungsi untuk menabur dan terus menabur kebaikan tanpa pamrih namun diiringi harapan bahwa dari seribu benih akan muncul 1 benih yang dapat tumbuh oleh karena Tuhan yang turut bekerja dalam setiap proses tabur dan tuai. Mari kita menabur dan bersiaplah untuk menabur perkara yang membangun di tengah hidup yang gemar merusak, terus menabur kebaikan di tengah hidup yang menolak kebaikan. Tuhan sang empunya benih akan menolong setiap penabur untuk menuai bagi kemuliaan bagi namaNya.

Pdt. Imanuel Gunawan P.

*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only

gkbikl
Author: gkbikl

Gereja Kristen Berbahasa Indonesia Kuala Lumpur

Leave a Reply

Discover more from Gereja Kristen Berbahasa Indonesia

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading