Markus 1 : 21 – 28

Banyak anak remaja jaman sekarang gandrung terhadap bintang film yang cantik dan ganteng untuk dijadikan idol nya. Mereka meniru model rambut dan pakaian yang dipakai oleh artis yang diidolakannya. Bahkan ada yang histeris terhadap bintang film tersebut.

Untuk sekedar mengagumi terhadap kecantikan, kegantengan, kehebatan, suara yang merdu, kebaikan dan keberhasilan/kesuksesan yang ada dalam diri orang lain itu adalah wajar dan sah-sah saja. Mengapa? Sebab kita ini, manusia yang meniru dan ingin menjadi seperti orang lain yang kita kagumi, walaupun secara psikologis bahwa kita harus menjadi diri kita sendiri.
Persoalannya, kita tidak sekedar mengagumi seseorang; tetapi juga meng “idol” kan. Sebenarnya arti kata “idol” adalah memberhalakan atau punya keterikatan. Kalau kita sudah memberhalakan, maka kita terikat terhadap orang itu. Secara teologis, bila kita sudah terikat dengan seseorang, maka orang itu menjadi pujaan dan segalanya dalam hidup kita. Konsekwensinya, kita menduakan Tuhan dan tidak mengutamakan Tuhan dalam hidup kita. Dengan kata lain, konsekwensi “memberhalakan” orang lain, kita tidak mengakui eksistensi dan kedaulatan Tuhan yang paling berkuasa dalam hidup kita. Sebaliknya, tanpa disadari bahwa kita sudah masuk dalam perangkap iblis. Kita sudah jatuh dalam dosa.

Memberhalakan dan keterikatan kita bukan hanya meng “idol” kan seseorang; tetapi juga keterikatan terhadap sesuatu benda, misalkan: rokok, makanan, perselingkuhan seksual, judi, alkohol, uang dll. Artinya, tanpa itu semua, maka tingkah laku kita akan mengalami gangguan. Dengan kata lain, kita tidak bisa hidup tanpa hal-hal di atas. Kita akan selalu ketagihan terhadap rokok, alkohol, seks, judi dll.

Rasul Paulus menyampaikan: “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun”, I Korintus 6: 12. Ayat ini mengingatkan segala yang kita pikirkan dan lakukan. Ada dua hal: pertama, apakah semua yang kita lakukan, pikirkan itu berguna atau tidak? Misalkan, kalau ada orang yang sakit diabet, lalu minum soft drink terus. Apakah ini berguna? Jelas bagi kita, orang diabet harus menghindar soft drink (cola, teh manis dalam kemasan) karena hal itu tidak berguna. Kedua, apakah yang kita lakukan dan pikirkan itu memberhala kita terhadap hal itu atau tidak? Kalau seseorang tidak bisa lepas dari alkohol, maka hal ini sudah ada keterikatan dan memberhalakan alkohol.

Marilah kita meninggalkan keterikatan dan pemberhalaan kita terhadap sesuatu atau seseorang. Sebaliknya kita mengakui eksistensi dan kuasa Yesus dalam hidup kita. Kita bukan hanya mengatakan dalam doa: “Lepaskanlah kami dari pada yang jahat”, tetapi harus ada tindakkannya. Kita jangan jadi anggota NATO alias “No Action Talk Only”.

gkbikl
Author: gkbikl

Gereja Kristen Berbahasa Indonesia Kuala Lumpur

Leave a Reply