Lukas 16 : 19 – 31
Keadilan bukan berarti sama rata. Keadilan juga bukan bersikap netral dalam sebuah perkara. Keadilan dalam Alkitab di sebut tsedaqah (Ibrani) dan diakaiosune (Yunani). Dalam Bahasa Inggris diterjemahkan justice atau righteousness, yang berarti benar secara moral, pantas, tepat, bajik dan berbudi luhur. Prinsip keadilan adalah selalu berlaku benar dan bajik, berpihak pada kebenaran dan berbudi luhur. Orang yang adil bukanlah orang yang diam ketika ada masalah dengan alasan memilih untuk netral, melainkan orang yang berani menyuarakan dan melakukan kebenaran.
Keadilan dapat berlaku jika seseorang memiliki rasa kepedulian. Jika kita peduli, kita tidak akan tinggal diam ketika terjadi ketidakadilan. Kita akan berusaha melakukan dan menyuarakan yang benar dan adil. Dalam penindasan dan diskriminasi, orang yang membela korban dan penindasan adalah orang yang mencintai keadilan. Desmond Mpilo Tutu, uskub gereja Anglikan Afrika Selatan, pejuang anti-apartheid mengatakan, “ jika anda bersikap netral dalam ketidakadilan dan penindasan, anda berpihak pada penindas.
Jika gajah menginjak ekor tikus dan anda berkata bahwa anda netral, tikus itu tidak akan mengapresiasi kenetralan anda.” Bagi Tutu, orang-orang yang memilih bersikap netral adalah orang-orang yang tidak peduli dengan penderitaan mereka yang tertindas, dan berpihak pada para penindas. Melalui kisah orang kaya yang tidak peduli pada Lazarus dalam Lukas 16: 19-31, Yesus sedang menyampaikan kritiknya terhadap ketidakpedulian dan ketidakadilan masyarakat terhadap orangorang miskin.
Para pemimpin Yahudi, orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, kalangan atas Yahudi mengenal hukum Musa dan kesaksian para nabi yang menyuarakan keadilan dan kepedulian, namun mereka tidak mengindahkannya. Itulah yang menyebabkan ketidakadilan dan penindasan, langgeng di masa itu. Selaku murid Yesus, kita diingatkan panggilan hidup kita adalah menghadirkan keadilan dengan kepedulian berdasarkan Kasih Allah yang sudah kita terima di dalam Yesus Kristus, Putra Allah, yang sudah memberi nyawaNya karena Ia peduli pada kita yang berada di bawah kekuasaan dosa. Hidup di dalam Yesus, berarti kita memiliki kepekaan dan kepedulian pada kondisi orang-orang lemah dan terbatas di sekeliling kita. Hanya dengan kasih yang membebaskan sesama dari keterbatasan yang melingkupinya, kita menghadirkan keadilan (Kehendak) dan kebenaran Allah di bumi seperti di Surga. Amin. (Pdt. CSK)
25 September 2022
Pdt. Claudia S. Kawengian
*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only