Lukas 3:7-18
Memiliki popularitas, hidup dalam pergaulan selebritas, masuk ke dalam kelompok
kelas ‘atas’, punya rekening ‘gendut’ di bank dan menjadi nasabah prioritas, semua hal itu
diingini oleh banyak orang. Kehidupan yang pekat diwarnai oleh hal-hal materialistis ini telah
mendorong banyak orang menjauh dari Tuhan dan mendekat pada kenikmatan duniawi
semata. Dampaknya kita lihat di sekitar kita: keserakahan melahirkan korupsi di berbagai
lini. Kesepian dan perasaan hampa melanda banyak orang, di tengah kehidupan yang sibuk
penuh hiruk pikuk. Keterasingan dan depresi akibat hidup terlalu mengejar gengsi dan
melupakan hal-hal yang menjadi esensi. Semakin jauh orang meninggalkan hakikat, inti dan
pokok kehidupan sejati semakin dekatlah ia pada penghancuran diri sendiri (self-
destruction) yang membawa kepedihan.
Kita semua dan siapa pun juga, terlebih lagi Tuhan, tak menginginkan itu terjadi.
Oleh karenanya Tuhan mengingatkan umat Israel melalui Yohanes dan juga mengingatkan
kita melalui bacaan Injil Lukas 3:7-18 agar kita berbalik kepada Tuhan, bertobat. Pertobatan
sejati bukanlah tentang kesalehan ritual melainkan tentang kesalehan sosial. Orang-orang
yang penuh kesungguhan menghayati pertobatan, akan memandang wajah cinta kasih
Tuhan lalu digerakkan oleh-Nya sehingga menyatakan hidup yang suka berbagi. Mereka
juga akan hidup dengan rendah hati, tidak mengejar popularitas pribadi, mampu menjaga
jarak aman antara kebutuhan dengan keinginan serta keserakahan sehingga tidak
menyalahgunakan jabatan dan kedudukan. Orang yang hidup dalam spiritualitas pertobatan
dan kebaikan itu akan mengalami dan menyatakan kehidupan pribadi yang ber-nas,
berkualitas, bermakna, penuh kebahagiaan yang sebenarnya. Sebaliknyalah yang terjadi
apabila orang memilih untuk tetap membelakangi Tuhan: hidup yang hampa bagaikan
sekam, penuh ketakutan mencekam. Kebahagiaan hanya impian, jauh dari kenyataan.
Sungguh, kasihan.
12 Desember 2021
Pdt. M.R.Kurniadi Saragih
*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only