Yohanes 6: 35; 41-51
Hidup untuk Makan, atau Makan untuk Hidup? Jawaban yang sepatutnya tentu: “Kita makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan”. Tapi apa sih bedanya, antara makan untuk hidup dan hidup untuk makan? Sederhananya begini: Kalau “Makan untuk hidup” berarti hidup adalah prioritas utama, dan makanan dimaknai sebagai salah satu alat untuk mencapai kehidupan itu Oleh karenanya terkait dengan makanan bukan pertama-tama urusan enak dirasa, indah dipandangnya, melainkan seberapa makanan itu baik untuk menunjang kehidupan. Sementara “Hidup untuk Makan” lebih mengutamakan urusan kenikmatan makanan, baik rasa maupun penampilannya.
Itu yang diprioritaskan.Yesus berkata: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Apakah dengan itu Yesus melulu bicara seperti dalam ungkapan “Makan untuk Hidup”? Iya juga sih, tapi yang Yesus maksudkan lebih dari sekedar urusan bahwa untuk kehidupan jasmaniah diperlukan makanan. Ketika Yesus mengatakan: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, ….” maka Yesus bicara tentang sesuatu yang melampaui kehidupan tubuh jasmani ini. Yaitu hal keselamatan dan kehidupan yang kekal.Ini yang sulit dimengerti oleh orang-orang Yahudi pada saat itu. Persepsi mereka tentang siapa Yesus sangat dikuasai oleh ukuran-ukuran duniawi. Sepertinya mereka berkata: “Kita tahu siapa Dia, anak Yusuf dan Maria, kita tahu Dia sejak kecil. Dia kan tukang kayu dan anak tukang kayu itu. Koq bisa-bisanya, berani-beraninya mengaku diri sebagai roti yang turun dari sorga” Saya pikir kalau saya ada diantara orang-orang Yahudi pada saat itu, kemungkinan besar saya juga memiliki persepsi yang sama.Apalagi mendengar Yesus bicara bahwa “roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia” Saya rasa sebelum peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus, sangat sulit untuk memahami apa yang sebenarnya Yesus maksudkan ini. Tapi setelah peristiwa Jumat Agung dan Paskah mestinya semua menjadi “loud n clear”.
Menjadi sangat jelas apa yang Yesus maksudkan itu.Bahwa di dalam dan melalui kematian-Nya terjadilah Penebusan atas dosa dunia dan manusia. Dan itu adalah Anugerah.Kalau ibu, bapak, saudara bekerja, maka akhir bulan Anda menerima …. GAJI…. Gaji itu anugerah bukan? ….. Gaji adalah upah dari jerih payah kita, itu hak kita. Anugerah bukan upah, bukan juga hak. Itu adalah pemberian yang dilimpahkan pada kita sekalipun kita tidak layak menerimanya. Sola Gratia…Hanya oleh Anugerah.Saat Yesus mengatakan: “Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.” pastilah Ia menunjuk pada kehidupan kekal yang bersumber dari kebangkitan-Nya dari antara orang mati.Apa yang harus ada supaya kita bisa menerima Roti yang menghidupkan itu? Yoh 6:47 mencatat sabda Yesus, “Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.” Apakah Saudara percaya kepada Yesus? OK,….nah kalau Saudara mengaku percaya kepada Yesus, apa maksudnya? “Ya pokoknya percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, Dialah Tuhan dan Juruselamat.”Anda setuju kalau saya katakan seperti itu? Bahwa percaya kepada Yesus ya berarti mengakui bahwa Yesuslah Anak Allah, Dialah Tuhan dan Juruselamat.Tapi jangan lupa, beberapa kali dalam Injil dicatat bahwa ketika Yesus mengusir setan, roh jahat, melalui orang yang dirasukinya, setan, roh jahat itu berkata: “”Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Berarti setan, roh jahat juga percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Jadi, kalau “percaya” yang ada pada kita, yang kita praktikkan adalah melulu percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, Tuhan dan Juruselamat, maka bukankah kita masih sekelas dengan setan, roh jahat?Kata “percaya” yang digunakan dalam teks kita adalah kata kerja pisteuo atau kata bendanya pistis. Kata ini punya dua sisi seperti dua sisi pada sekeping uang logam. Dengan alat tertentu kita bisa mengiris sekeping uang logam menjadi dua keping.Kalau sudah kita iris, sehingga masing-masing cuma punya satu sisi apakah uang logam itu masih berharga, masih bisa digunakan untuk bertransaksi? Uang logam itu baru sah, baru berharga ketika di keping yang sama ada kedua sisinya. Begitu juga iman, pistis, pisteuo, harus ada kedua sisinya.Sisi pertama adalah percaya, seperti yang sudah kita bicarakan. Kalau kita mengatakan aku percaya kepada Yesus, maka makna pertamanya adalah aku sungguh percaya bahwa Yesus lah Tuhan dan Juruselamatku. Bukan yang lain. Tapi pada saat yang sama harus ada sisi kedua. Pistis juga berarti menaati dengan setia.Karena aku percaya Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatku maka aku siap menaati segala Firman-Nya dengan setia.
Itulah yang dimasudkan dengan percaya ketika Yesus mengatakan: “Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.” Itulah Sola Fide, Hanya oleh Iman. Percaya seperti itulah yang harus ada dalam diri setiap kita, manakala kita sungguh rindu mengalami kehadiran Sang “ROTI YANG MENGHIDUPKAN” itu, Roti yang memberikan kita kekuatan dan pengharapan ketika awan kesusahan menyelubungi hidup kita.
8 Agustus 2021
Pdt. Ronny Nathanael
*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only