(Yohanes 6 : 24 – 35)

Ada kecenderungan dalam diri sebagian orang bahwa mereka hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar dan hanya melihat apa yang ingin mereka lihat. Itu jugalah apa yang terjadi dengan orang banyak seperti dipersaksikan oleh Injil Yohanes pasal 6.Dalam bagian awal kesaksian Yohanes 6 dicatat peristiwa bagaimana Yesus melakukan mujizat memberi makan lebih dari 5000 orang dengan modal 5 roti dan 2 ikan. Tentu peristiwa itu sangat berkesan, tertanam kuat dalam hati dan pikiran banyak orang. Yoh 6: 24- 25 menceritakan bagaimana orang banyak susah payah menyeberang danau Gelilea yang disebut laut untuk menjumpai Yesus. Apa yang mendorong mereka sehingga mau melakukan hal itu? Apakah karena mereka percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia bahkan dunia ini? Bukan. Tapi karena mereka terpesona pada kekuasaan Yesus yang didemonstrasikan lewat mujizat yang dilakukannya.

Fokus perhatian mereka adalah pada mujizat yang dilakukan Yesus dan bukan pada diri Yesus.Yesus tahu akan hal itu. Maka Ia straight to the point mengatakan: “…sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” Bahwa hal itu benar, terbukti dari fakta orang banyak tidak menyangkal kesimpulan Yesus itu.Bukankah dalam realitas memang tidak sedikit orang yang dalam relasi dengan Tuhan sebetulnya lebih berfokus pada kekuasaan Tuhan dan manfaatnya demi kebaikan diri sendiri ketimbang kehadiran Tuhan dalam hidup yang dijalaninya? Ketika banyak orang berbondong-bondong mencari dan menghadiri Kebaktian Kesembuhan Ilahi, sangat boleh jadi sebagian datang melulu untuk mencari mujizat guna kesembuhan dirinya.Apakah salah kalau orang sakit ingin sembuh, kalau keluarganya mencari jalan untuk kesembuhan orang yang mereka kasihi dan salah satunya adalah lewat MUJIZAT? Tentu tidak salah. Wajar-wajar saja.

Tapi kita harus hati-hati. Jangan sampai terperangkap oleh apa yang saya sebut dengan istilah sindroma Lampu Aladin. Lampu digosok, Jin keluar, tinggal minta apa yang diinginkan dan Jin akan mengerjakan, memenuhi apapun permintaan Aladin.Kita tidak boleh memperlakukan Tuhan Allah seperti Jin dalam lampu wasiat.Mujizat yang Yesus lakukan adalah tanda, semeion. Istilah semeion mau menegaskan bahwa sebuah tanda pada dirinya sendiri tidak berarti apa-apa. Sebuah tanda jadi berarti karena makna yang disampaikan lewat tanda itu. Mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus adalah tanda untuk mendemonstrasikan bahwa Kerajaan Allah hadir, bahwa Allah yang Maha Kasih, Maha Benar, Maha Adil dan yang seterusnya hadir dalam kehidupan ini. Oleh karena itu sepatutnya manusia merespons kehadiran Allah lewat kesungguhan mempercayai Allah dan kesetiaan menaati-Nya. Itu sebabnya ketika orang banyak bertanya: “”Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Yesus menjawab: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” Itu yang terutama, bukan lalu galfok, gagal fokus, malah jadi fokus kepada mujizat-Nya.Namun orang banyak masih belum mengerti juga. Mereka malah meminta Yesus memberikan mereka tanda: “”Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu?Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Padahal belum lama baru mereka menyaksikan tanda, mujizat yang Yesus lakukan. Pertanyaan ini menguatkan pemahaman kita bahwa orang-orang ini memang gagal fokus.

Folus mereka lebih kepada tandanya, dan bukan kepada si pembuat tanda. Maka Yesusmenegaskan: “sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup.” Dengan ini Yesus mau mengatakan, fokuskan perhatian – hati – dan pikiranmu pada Allah sang Sumber Kehidupan bukan pada rotinya, bukan juga pada Musa hamba-Nya.Karena mereka memang lebih suka mendengar apa mereka ingin dengar dan melihat apa yang ingin mereka lihat maka begitu mendengar Yesus bicara soal “roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup” langsung mereka menyambar: “”Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” Mungkin yang mereka bayangkan adalah seperti yang terjadi dalam mujizat yang Yesus lakukan ketika dari 5 roti dan 2 ikan bisa muncul roti dan ikan yang tidak habis-habis.Yesus pun meluruskan pikiran orang banyak. “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Sepertinya Yesus mengatakan: “Ini loh yang harusnya jadi pusat perhatianmu.

Sumber kehidupan yang sejati. Bukan manna yang dicurahkan bagi nenek moyangmu di padang gurun, bukan juga potongan roti dan ikan yang kemarin kalian makan. Akulah Roti Hidup yang sejati. Kalau kamu makan manna atau roti seperti kemarin, kamu akan lapar lagi. Datanglah kepadaKu maka kamu akan memperoleh kehidupan sejati.Mari kita mohon hikmat agar dimampukan melepas diri dari kecenderungan hanya mendengar apa yang ingin didengar, dan hanya melihat apa yang ingin dilihat. Agar makin mampu merawat “HATI YANG TERARAH hanya KEPADA Sang ROTI HIDUP” sehingga kita boleh terus bertumbuh dalam spiritualitas yang benar. -RN

1 Agustus 2021

Pdt. Ronny Nathanael

*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only

gkbikl
Author: gkbikl

Gereja Kristen Berbahasa Indonesia Kuala Lumpur

Leave a Reply