Markus 13:24-37

Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.

Dalam gedung sebuah pertunjukkan, terlihat para penonton sudah siap menyaksikan pertunjukkan seorang pelawak. Tidak lama setelah itu, ruang pertunjukkan mulai terang. Namun ruang itu terang bukan karena lampu, melainkan karena api yang menjalar dari ujung panggung. Setelah itu, muncullah sang pelawak.

Sang pelawak itu berteriak, “Ayo segera keluar gedung ini. Gedung ini sedang alami kebakaran. Kebakaran bersumber dari kompleks perumahan di dekat gedung. Ayo segera pergi”. Namun penonton langsung menertawakan sang pelawak. Karena mereka memahami bahwa api yang menjlara dan seruan sang pelawak adalah bagian dari pertunjukkan. Karena itulah saat mereka menyadari kenyataannya, mereka sudah tidak bisa menyelamatkan diri.

Merayakan Adven, berarti merayakan kesungguhan dan kesiapan diri kita. Bahwa kita diminta serius untuk memperhatikan peringatan dan petunjuk untuk berjaga-jaga yang disampaikan Tuhan. Karena itu setiap petunjuk dari Tuhan, harus diperhatikan dengan seksama. Bahwa Tuhan memberikan petunjuk agar kita siap sedia untuk berjaga-jaga.

Persiapan tersebut bak serupa dengan siaga-1. Istilah siaga 1, berarti siaga tingkat akhir. Siaga untuk menghadapi kenyataan yang tidak diharapkan. Siaga untuk menghadapi sebuah kepastian. Karena itu disebut siaga tingkat akhir. Berbeda dengan status siaga 2, yang bisa diartikan sebagai peringatan. Siaga 2 biasa disebut: awas.

Di minggu Adven pertama ini kita hendak disapa dan diingatkan untuk siaga 1 terhadap kedatangan Tuhan kembali. Kenapa harus siaga tingkat akhir? Sebabnya pada saat kedatangan Tuhan itulah kita semua diminta pertanggungjawaban hidup kita, dan nyatalah kita akan hidup dengan Tuhan selamanya atau tidak.

Bagaimana kita siaga? Cara hidup kita itu mencerminkan apakah siaga atau tidak. Jika kita selalu berupaya hidup tidak bercela dan setia kepada Tuhan, maka kita masuk orang yang siaga.Sejujurnya, kita selalu berupaya menjaga aset, materi dan diri kita sendiri. Namun sayang sekali, jarang dan semakin jarang sekali orang percaya yang siaga dan berjaga menyambut kedatangan Tuhan. Penginjil Markus menyapa dan mengingatkan kita untuk siaga-1 melalui dua perumpamaan Yesus, dengan makna dan pesan sebagai berikut:

Pertama pada ayat 34, “Keadaannya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penjaga pintu supaya berjaga-jaga.” Pokok perhatian perumpamaan ini terletak pada kesetiaan. Apakah setia di dalam memberlakukan kehendak-Nya di dalam keseharian kita?

Apakah kita setia di dalam mempersaksikan Injil Tuhan di dalam karya perbuatan, atau tutur kata, bahkan pikiran kita? Apakah kita setia menjalankan tanggung jawab, meskipun Dia tidak terlihat nampak fisikNya?

Kedua, pada ayat 35-36: “Maka berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu kapan tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur.” Pokok perhatian dalam perumpamaan ini adalah kesungguhan dan kesadaran kita. Sebab banyak anak Tuhan atau pengikut Tuhan yang tidak memiliki kesungguhan dan kesadaran di hadapan-Nya. Kesungguhan kita bekerja atau belajar lebih sering nampak lebih kuat dan kentara daripada kesungguhan iman dan kasih kita terhadap Tuhan. Itu sebabnya jangan sampai kita didapati-Nya tidur, saat Dia datang kembali. Tidur berarti kita tidak memiliki kesungguhan dan kesadaran di hadapan. Tuhan menghendaki kita menjadi anak-anak-Nya yang sungguh-sungguh. Sungguh-sungguh dalam iman dan kasih.

Pdt. Benny Halim

*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only

gkbikl
Author: gkbikl

Gereja Kristen Berbahasa Indonesia Kuala Lumpur

Leave a Reply