Lukas 24: 36-48

Lukas memiliki perhatian kuat pada jemaat Kristen pembacanya yang hidup di tengah-tengah komunitas Yahudi dan Graeco-Romans. Nampaknya pembaca Lukas adalah orang-orang terpelajar atau ekonomi menengah yang mana penulis Injil Lukas mengharapkan mereka untuk berpartisipasi aktif mewujudkan perubahan sosial menjadikan masyarakat lebih baik. Panggilan berat ini harus dimulai dari diri dan di dalam komunitas iman mereka. Jemaat jangan hanya menjadi umat yang bertahan, menyendiri dan terasing. Kepada “Theophilus” (=orang yang mencintai Tuhan) penulis Lukas menjelaskan tentang bagaimana memahami makna serta memaknai cerita kesaksian tentang Yesus menjadi berdampak bagi kehidupan. Pada bagian teks bacaan kita ini, Lukas menekankan pesan Yesus agar para murid mengabarkan (= publish, proclaim) berita tentang pertobatan (metanoia) dan pengampunan (aphesis).

Bagaimanakah kedua istilah ini semestinya dipahami? Tentu kita perlu membaca keseluruhan Injil Lukas yang memiliki karakter sosial, mencontohkan tentang rekonsiliasi lintas identitas primordial dan sekat-sekat masyarakat. Pertobatan yang dimaksud bukan sekedar berhenti pada pertobatan (dari dosa) dalam arti moralitas atau normatif keagamaan, melainkan pertobatan etis (perubahan paradigma / cara berpikir) menjadi seperti yang dikerjakan dan dipikirkan Mesias. Demikian pula dengan istilah pengampunan juga memiliki pengertian lebih luas dari sekedar pengampunan dosa
dalam arti kultis, liturgis, atau norma keagamaan belaka, melainkan memerdekakan / membawa kebebasan bagi siapapun / apapun di sekitar kita, sebab kita telah dibebaskan oleh TUHAN sendiri.

Bila kita dipanggil menjadi dewasa dalam iman, dibaptis dan mengakui iman kita di depan jemaat maka hal ini bukan semata-mata keberanian mengakui iman dari ranah private ke ruang publik, tetapi harus dimengerti sebagai menyatakan komitmen perubahan diri dan menjadi orang yang merdeka, serta akan terus mempraktikkan, memperjuangkan transformasi cara berpikir menjadi sebagaimana diajarkan dan dilakukan Yesus, Sang Mesias, yang adalah prototype pribadi kita.

Dalam Ibadah hari ini, kita diingatkan terus agar iman kita pada Yesus, bukan sebagai iman statis atau sekedar asesoris yang bisa dilihat dan membuat kita merasa nyaman karenanya, melainkan baptisan dan pengakuan kita masing-masing merupakan sebuah komitmen ketundukan pada Sang Mesias, pernyataan kesetiaan mengikuti-Nya dengan berpartisipasi aktif memperjuangkan terwujudnya transformasi berpikir baik dan berjuang bersama yang lain mencapai manusia yang bebas, tidak melakukan diskriminasi, tidak mendominasi, maupun terjebak dalam tuduhan-tuduhan rasa salah di masa lampau. Iman yang benar selalu membangkitkan hidup. Sebab iman bukan persoalan nanti, melainkan selalu berkelindang dengan hidup ini, sekarang dan kekinian kita menjadi masyarakat yang adil, damai dan sejahtera. TUHAN memberkati. (dpaw)

18 April 2021

Pdt. Djoko Prasetyo Ginting

*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only

gkbikl
Author: gkbikl

Gereja Kristen Berbahasa Indonesia Kuala Lumpur

Leave a Reply

Discover more from Gereja Kristen Berbahasa Indonesia

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading