Bacaan: Markus 8: 31-38
Hai, jumpa lagi dengan aku, Si Penjelajah Waktu. Sekarang Aku ingin membagi salah satu pengalaman penjelajahanku.Tiba-tiba otakku berpikir tentang self defense mechanism. Menurut para ahli psikologi, self defense mechanism adalah pertahanan diri yang normal, sebagai bentuk upaya agar bisa adaptif atau menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun tekanan yang sedang dihadapi manusia.Biasanya dilakukan secara tidak sadar (spontan) untuk melindungi diri agar tidak merasa terluka.Jadi bagiku, self defense mechanism adalah gift dari Tuhan.
Namun, saat itu aku mendengar Tuhan Yesus berkata, “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya” (bdk. Mark. 8:35). Mengapa Tuhan Yesus mengatakan seperti itu? Apakah dengan demikian, maka aku tidak boleh mempraktikkan self defense mechanism tersebut saat berhadpan dengan tantangan yang mengancam hidupku? Ah, pusing kepala berbie.
Aku mencoba bertanya pada Markus. Dan rupanya inilah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus.Ungkapan ’nyawa’ jelas menunjuk kepada esensi yang paling fundamental dalam kehidupan manusia. Dalam konteks ini pengertian ‘nyawa’ diidentikkan dengan ‘roh’ yang pada hakikatnya menunjuk kepada keseluruhan diri atau hakikat dari kepribadian manusia. Sehingga sikap berkorban dengan mempertaruhkan nyawa berarti memberikan sesuatu yang paling berharga atau segala-galanya dari keseluruhan diri itu. Tidak ada yang lebih tinggi dari pada sikap mau berkorban dengan rela kehilangan nyawa untuk keselamatan orang lain. Aku ingat bahwa perkataan Tuhan Yesus itu terkait erat dengan pernyataan-NYA terdahulu yang menyebutkan bahwa IA harus menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh para pemimpin agama lalu dibunuh tetapi bangkit sesudah tiga hari (bdk. Mark. 8:31). Dan pada waktu itu Petrus segera bereaksi. Karena bagi Petrus seorang Messias akan senantiasa mengalami kemenangan dan kesuksesan dan tentunya. Selain itu, Mesias juga mempunyai kuasa untuk memiliki apa yang dia kehendaki.
Masih menurut Markus, makna ‘nyawa’ dalam konteks perkataan Tuhan Yesus ini pahami sebagai kekuatan muncul karena berbagai dorongan ambisi yang dipenuhi dengan strategi strategi untuk meraih banyak hal. Sehingga ‘menyelamatkan nyawa’ itu identik dengan kemampuan untuk memperoleh semua hal yang diinginkan. Nah, semua ambisi dan keserakahan tersebut justru merupakan tanda dari kemiskinan hati atau nyawa yang telah binasa sebab telah menjauhkan diri dari rahmat dan keselamatan Allah. Makanya Tuhan Yesus mengatakan bahwa tidak ada gunanya apabila seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.Karena tidak ada yang didapatkannya sebagai ganti nyawanya (bdk. Mark. 8:36-37). Otomatis aku speechless dan merasa diri sebagai orang yang paling bodoh. Karena tidak dapat menangkap inti dari perkataan Tuhan Yesus.
Selanjutnya, Markus menjelaskan lebih lanjut dari pernyataan Tuhan Yesus bahwa agar terhindar dari ambisi untuk memperoleh semua hal yang aku inginkan adalah dengan menyangkal diri dan memikul salib. Sebab makna menyangkal diri adalah upaya sengaja menolak sikap serakah atau haus kekuasaan, dan sebaliknya mampu mengendalikan hawa-nafsu, mencukupkan diri dengan berkat yang dimiliki serta mengutamakan kehendak Allah di atas segala-galanya. Dengan demikian ciri kehidupan-ku seharusnya ditandai oleh sikap penyangkalan diri. Itu berarti bahwa semakin aku mampu menyangkal diri, maka aku dimampukan untuk menyelamatkan nyawadalam arti yang sesungguhnya. Dangan menyangkal diri, aku mesti berupaya mengendalikan rohku sedemikian rupa supaya aku tetap terarah kepada Allah. Dan ketika aku tetap terarah kepada Allah, bisa saja aku ditolak dan dibenci oleh orang-orang disekitarku, bukan? Itulah salib yang mesti aku pikul.
Memang tidak mudah mengikut Tuhan Yesus, namun itulah harga yang mesti dibayarkan agar aku mendapatkan kehidupanku yang sejati. Selamat berjuang, hai jiwaku. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
28 Februari 2021
Pdt. Guruh Jatmiko
*Untuk Kalangan Sendiri – for Non-Moslem Only